Epilepsi : Penyebab dan Cara Mengatasinya
Pernahkah kamu mendengar tentang penyakit epilepsi? Pada dasarnya, epilepsi merupakan sebuah penyakit yang menyerang sistem syaraf pusat atau otak, yang di tandai dengan penderita yang mengalami kejang.
Namun, perlu kalian ketahui ya bahwa epilepsi tak
sama dengan penyakit kejang pada umumnya. Jika kejang adalah sebuah gejala
utama yang ditimbulkan oleh penderita epilepsi, namun pada kebanyakan kasus,
setiap kejang belum tentu dikatakan sebagai penyakit epilepsi.
Seseorang bisa dikatakan mengidap epilepsi jika mengalami
dua atau lebih kejang tanpa penyebab atau pemicu yang jelas dalam 24 jam.
Umumnya, peristiwa kejang ini dapat terjadi karena
adanya impuls listrik yang ada pada sel otak karena terlalu melebih kapasitas
yang seharusnya, dimana hal ini justru memicu adanya sebuah perubahan yang
terbilang abnormal pada gerak tubuh dan juga perilaku seseorang.
Jenis kejang yang mudah dideteksi adalah kejang yang
memengaruhi gerak tubuh, seperti gerakan cepat, mendadak, dan berulang pada
tangan, kaki, kepala, atau bahkan seluruh tubuh.
Biasnya, kejang juga dapat berimbas kepada perilaku
seseorang, salah satunya tertawa tanpa henti sepanjang hari tanpa henti.
Ini menunjukan bahwa impuls listrik abnormal terjadi
pada saraf otak yang mengatur tawa pengidapnya. Selain perilaku, kejang juga
bisa berupa abnormalitas pada psikis. Saat kejang, pengidap menjadi paranoid
atau cemas berlebihan.
Penyakit epilepsi sendiri merupakan sebuah penyakit
yang dapat menyerang siapa saja, baik itu orangtua hingga anak yang masih
kecil. Namun, berdasarkan kebanyakan kasus, tercatat bahwa penderita epilepsi
biasanya adalah anak-anak dan juga orangtua.
Orang dewasa di atas 35 tahun yang mengidap stroke
juga lebih rentan mengidap epilepsi. Kasus epilepsi ditemukan pada 700.000
sampai 1,4 juta penduduk Indonesia, dan 40-50 persen di antaranya adalah
anak-anak.
Penyebab Epilepsi
Jika dilihat dari segi penyebabnya, maka penyakit
epilepsi dapat dibedakan menjadi dua. Yang pertama adalah epilepsi idiopatik
atau epilepsi primer, yaitu epilepsi yang belum diketahui secara pasti
penyebabnya. Sejumlah ahli mengaitkan epilepsi primer dengan faktor genetik
atau keturunan.
Nah, untuk jenis epilepsi yang kedua disebut dengan epilepsi simptomatik, yang kondisinya berkaitan dengan beberapa faktor di bawah ini:
- Trauma di kepala. Kecelakaan dengan benturan pada kepala bisa menyebabkan epilepsi.
- Kelainan otak, seperti adanya tumor dan kanker di kepala, serta stroke bisa memicu epilepsi.
- Penyakit menular, seperti meningitis, HIV/AIDS, dan radang otak yang disebabkan oleh virus bisa memicu epilepsi.
- Cedera otak saat di kandungan. Bayi sangat rentan mengalami cedera otak saat di kandungan, terutama jika ibu terkena infeksi, bayi kekurangan nutrisi dan oksigen. Cedera otak saat di kandungan ini berpotensi menyebabkan epilepsi atau cerebral palsy.
Cara Mengatasi Epilepsi
Pada umumnya, cara mengobati penyakit yang satu ini
adalah dengan memberikan secara langsung obat anti kejang atau dalam dunia
medis disebut dengan obat antiepilepsi kepada penderita.
Biasanya, bagi sebagian penderita epilepsi akan
mengalami penurunan intensitas terjadinya potensi kejang jika mengonsumsi obat
tersebut.
Namun perlu kalian ketahui bahwa obat dan juga dosis
yang dibutuhkan oleh seseorang yang mengidap penyakit epilepsi berbeda-beda,
tergantung dengan kondisi pasien itu sendiri.
Pada tahap diagnosis awal, dokter akan melakukan
serangkaian tes dan meninjau obat-obatan yang pernah dan akan dikonsumsi.
Setelah itu, dokter baru bisa menentukan jenis dan dosis obat yang tepat.
Anak dan orang dewasa pengidap epilepsi bisa
berhenti mengonsumsi obat antiepilepsi berdasarkan pertimbangan dokter jika
telah terbebas dari kejang dalam jangka waktu tertentu. Pada orang dewasa,
umumnya dokter menganjurkan penghentian konsumsi obat setelah 2-3 tahun terbebas
dari kejang.
Perlu juga kalian ingat bahwa apabila penderita
epilepsi mengalami kejang selama lebih dari 15 menit, maka ada baiknya jika
kalian segera membawanya ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan pertolongan
dari pihak medis ya
Post a Comment